I.
PENDAHULUAN
Seni rupa terapan adalah hasil karya seni rupa yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari dan mempunyai fungsi atau manfaat. Fungsi karya seni rupa dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi praktis. Fungsi estetis
adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia tentang rasa keindahan. Misalnya
lukisan, patung,dan benda hias. Fungsi praktis adalah untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia akan benda pakai. Misalnya vas bunga, kursi ukir, dan bingkai
foto.
Selain itu kaya seni rupa terapan juga dibedakan menjadi 3,
yaitu hasil karya ukiran, hasil karya patung, dan hasil karya batik.
- Menurut hasil karya ukiran, contoh benda-bendanya adalah ukiran kayu dari Jepara dan ukiran kayu dari Bali.
- Menurut hasil karya patung, contoh benda-bendanya adalah patung kayu dari suku Asmat, patung batu Pangeran Diponegoro, dan Patung kayu dari Bali.
- Menurut hasil karya batik, contoh benda-bendanya adalah baju, sprei, kain, gorden, dll
II.
PEMBAHASAN
Seni
Terapan untuk provinsi Sulawesi Selatan yaitu :
1. Tongkonan
Tongkonan adalah rumah
adat tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan
ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal
dari bahasa Toraja tongkon ("duduk"). Tongkonan diletakkan
didepan rumah tinggal terdiri dari dua pasang yaitu
satu untuk Lumbung Padi dengan kaki enam, yang satu untuk tempat pertemuan dengan bahan khusus dibuatnya dan motif khas ukiran Toraja.
satu untuk Lumbung Padi dengan kaki enam, yang satu untuk tempat pertemuan dengan bahan khusus dibuatnya dan motif khas ukiran Toraja.
Kelebihan dan kelemahan
Tongkonan yaitu tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Filosofinya
adalah semua orang boleh dan dipersilahkan masuk dalam lingkaran Tongkonan.
Walaupun beda agama, kasta, dan suku.
Tapi jangan coba-coba
untuk merubah arah tongkonan itu menjadi arah Barat Timur. karena memang
Tongkonan harus menghadap Utara dan Selatan ada sebuah prinsip ketegasan
disini.
Bolehlah anda masuk,
bolehlah anda datang, bolehlah anda cari makan di Tanatoraja. Tapi jangan
coba-coba merubah arah menghadap Tongkonan. Inilah yang mengesankan bahwa
Tongkonan mengandung filosofi tentang sebuah prinsip suatu keyakinan maka
arahnya adalah Tana Matari Allo.
2. Badik
Bagi
masyarakat bugis makassar, atau masyarakat sulawesi selatan, khususnya
laki-laki "bura"ne", dulunya sangat-lah mengindentikkan diri
mereka dengan badik, dimana badik itu dijadikan sebagai lambang kejantanan
"lelaki sejati". Biasanya jika laki-laki bugis-makassar, merasa
dipermalukan, maka hanya ada satu kata yang mereka jadikan sebagai simbol,
yaitu siri"napacce, yang terkadang harus-lah mereka selesaikan dengan jantan,
yang ujung-ujungnya berakhir di ujung badik.
Namun
terkikis oleh waktu dan berubahnya peradaban ini, kini hanya sebagian kecil
saja laki-laki bugis-makassar, yang mempertahankan atau mengidentikan dirinya
dengan badik, hal ini juga dikarenakan aturan undang-undang yang melarang
masyarakat membawa badik.
Ijin copas gan
BalasHapus