BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Penelitian
Salah satu sifat laporan keuangan
adalah harus disajikan berdasarkan nilai perolehan (historical cost) dengan kata lain
merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Alasan utama untuk pelaporan
dengan nilai perolehan adalah untuk objektivitas. Nilai historical pada umumnya
didasarkan pada transaksi-transaksi yang lugas dan sesuai dengan pertimbangan
yang matang.
Akuntansi sebagai salah satu sumber
informasi untuk pengambilan keputusan, dan sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, seperti perorangan (individuals), perusahaan-perusahaan,
pemerintah, dan kesatuan lainnya (other entities). Keputusan yang tepat
didasarkan atas informasi terpercaya yang dihasilkan oleh akuntansi adalah
sangat penting bagi distribusi dan pemanfaatan serta pengunaan secara efisien
sumber-sumber ekonomi yang langka. Dengan demikian suatu informasi yang
dihasilkan oleh akuntansi untuk pengambilan keputusan yang tepat seharusnya
disusun secara akurat dan relevan sesuai dengan prinsip akuntansi yang telah
ditentukan.
Suatu informasi akuntansi yang baik dan
dipercaya (reliable) adalah informasi akuntansi yang disajikan secara wajar
keadaan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu (berupa
neraca), kemampuan perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber ekonominya yang
terdapat dalam perusahaan (dalam bentuk laporan R/L) serta kemampuan
pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang.
Pengukuran dalam akuntansi terutama
dilakukan dalam sasaran keuangan (monetary unit). Perubahan tingkat harga-harga
akan berpengaruh kepada stabilitas satuan keuangan. Hal ini selanjutnya
menimbulkan kesulitan apabila pengukuran didasarkan kepada historial costs dan
dalam membandingkan prestasi perusahaan selama beberapa tahun, karena tidak
dapat menggambarkan posisi keuangan sesungguhnya, dimana pada saat inflasi,
daya beli uang semakin melemah sedangkan harga barang relatif meningkat,
sehingga diperlukan informasi tambahan yang menjelaskan perubahan harga agar
tidak menyesatkan dalam pengambilan keputusan.
Dengan diungkapkannya pengaruh
perubahan harga, para pemakai laporan keuangan akan dapat menaksir dengan lebih
realistis mengenai arus kas dimasa mendatang, prestasi perusahaan, kemampuan
operasi, dan daya beli umum modal perusahaan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
penulis ingin mengadakan pelitian pada PT.
KURNIA KAPUAS PLYWOOD di Pontianak yang merupakan perusahaan industri
plywood dengan menerapkan analisa perbandingan laporan keuangan historis dan
laporan keuangan inflasi . Faktor penyebabnya adalah bahwa laporan keuangan PT.KURNIA KAPUAS PLYWOOD yang di susun
berdasarkan biaya historis adalah sesuai dengan Prinsip Akutansi Indonesia
tetapi informasi keuangan yang di hasilkan adalah tidak sensitif terhadap
perubahan dalam nilai uang sehingga menyulitkan pihak manajemen dalam
pengambilan keputusan.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian
latar belakang permasalahan diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah :
1.
Bagaimanakah
bentuk penyajian Laporan Keuangan Historis dan Laporan Keuangan Inflasi ?
2.
Apakah tambahan
informasi Akuntansi Inflasi tersebut dapat lebih membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan ?
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak
menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis membatasi permasalahannya hanya
pada Analisis Perbandingan Laporan keuangan Historis Dan Laporan Keuangan
Inflasi, dengan melakukan perhitungan Akuntansi Nilai Rupiah Konstan dan
Akuntansi Kos Sekarang pada PT. KURNIA KAPUAS PLYWOOD Pontianak dari tahun 1996
sampai dengan tahun 1998 serta manganalisis sampai seberapa jauh informasi
Akuntansi Inflasi dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan.
D. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan
permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan informasi
tambahan yang mencerminkan perubahan harga agar laporan keuangan yang disajikan
merupakan informasi yang tepat guna dalam pengambilan keputusan, ekonomi yang
sehat.
E. Manfaat
Penelitian
Dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat :
1.
Bagi Penulis
Hasil penulisan ini merupakan penerapan
teori-teori yang diperoleh selama mengikuti kuliah serta menambah pengalaman
dalam menganalisa suatu masalah secara ilmiah terhadap suatu masalah yang
dihadapi perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran dan informasi bagi perusahaan, khususnya dalam pemberian
informasi tepat dan terpercaya guna membantu manajemen melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan.
F. Kerangka
Pemikiran
1. Tinjauan tentang Akuntansi
Menurut C. Rollin
Niswonger (1986:2), akuntansi dapat didefinisikan sebagai berikut:
........ proses identifikasi, pengukuran, dan
menghubungkan informasi ekonomi untuk memungkinkan pertimbangan-pertimbangan
dan keputusan-keputusan yang tepat dan jelas oleh para pemakian informasi.
Dari segi
aktifitas maka akuntansi merupakan suatu pelayanan jasa, fungsinya adalah untuk
menyediakan informasi keuangan dari suatu badan usaha yang akan diprgunakan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Berdasarkan
perkembangan historis akuntansi, dimana sejak tahun 1494 laporan keuangan telah
dicatat berdasarkan biaya historis. Adapun manfaat laporan keuangan dengan
dasar biaya historis adalah :
a.
Dapat menghasilkan
laporan keuangan yang berdasarkan pada transaksi-transaksi perusahaan yang
sesungguhnya, sehingga dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang
diinventasikan dengan jumlah yang diterima.
b.
Dapat menghadapi
pemeriksaan yang bebas (auditable) karena akuntansi biaya historis terjadi dari
transaksi pertukaran bebas dan dapat digunakan dengan kepastian bahwa
informasinya dapat dipercaya.
c.
Para pemakai
laporan keuangan yang memahami perubahan harga, dapat membandingkan laporan
keuangan historis terhadap laporan keuangan yang memasukkan akibat perubahan
harga.
d.
Bahwa laporan
keuangan historis telah mengalami proses perkembangan dan penyempurnaan secara
terus menerus.
Sedangkan
kelemahan laporan keuangan historis adalah pada akuntansi klasik terutama
disebabkan karena adanya perubahan harga sehingga pada saat terjadi perubahan
harga yang benar-benar sukar dikendalikan, laporan keuangan klasik akan
menyelesaikan bila pakai sebagai alat bantu dalam perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan.
2. Konsep Dasar Akuntansi
Untuk mempersiapkan laporan
keuangan, maka ribuan fakta yang terjadi (atau transaksi-transaksi) harus
diolah dengan cara tertentu dan diproses atas suatu dasar tertentu. Dasar ini
dinamakan Prinsip-prinsip Akuntansi Yang Lazim (Generally Accepted Accounting
Principles).
Selanjutnya Hendriksen
menamakannya sebagai postulates. Ia mendefinisikan postulate sebagai berikut :
(1982:61)
.......
postulate lebih diartikan sebagai berikut hipotesa yang belum dibuktikan saat
ini dan pada kenyataannya mungkin tidak memerlukan pembuktian, jika ia membawa
kearah gagasan (pikiran) yang relevan dan suatu gagasan pengembangan secara
logis serta konklusi yang bermanfaat.
Berikut akan
dibahas beberapa konsep dasar akuntansi yang berhubungan dengan masalah
penulisan skripsi ini.
AKUNTANSI INFLASI
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak, pengertian
Akuntansi Inflasi adalah sebagai berikut : (1989:12)
“merupakan suatu proses data
akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan
perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang
menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.”
Adapun
manfaat yang dapat diberikan oleh laporan keuangan inflasi bagi pihak-pihak
yang memerlukan informasi keuangan terutama manajemen perusahaan, antara lain :
1.
Dapat menciptakan
manajemen modal kerja yang lebih efektif.
2.
Menghasilkan
analisa profitabilitas produksi lebih realistis.
3.
Memberikan
perhatian yang lebih besar pada harga uang yang lebih besar.
4.
Manajemen aktiva
tetap yang lebih baik.
5.
Penentuan harga
yang lebih baik.
6.
Meningkatkan
kemampuan penaksiran aliran kas dan tingkat pajak dan deviden yang dibayarkan
secara efektif.
Berkaitan dengan
kondisi inflasi bagi manajemen sangat diperlukan laporan keuangan inflasi dalam
rangka pengambilan keputusan yang tepat dan akurat. Keputusan yang akan diambil
oleh seorang manajemen memiliki tipe-tipe yang berbeda sesuai dengan perbedaan
kondisi dan situasi yang ada. Adapun metode pengklasifikasian keputusan menurut
T. Hani Handoko adalah sebagai berikut : (1998 : 130)
1.
Keputusan –
keputusan yang diprogram (Programmed decisions)
Adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan
atau prosedur keputusan ini rutin dan berulang-ulang.
2. Keputusan yang
tidak diprogram (Non-programmed decisions)
Adalah keputusan yang berkenaan dengan masalah-masalah
khusus, khas atau tidak biasa.
STABLE MONETARY UNIT
Dalam akuntansi
konvensional, pengukur transaksi dinyatakan dalam unit moneter. Disini unit
moneter diasumsikan tidak berubah/stabil, hal ini menyusahkan dalam pengukuran
karena pada kenyataan nilai dari unit moneter adalah tidak stabil dari waktu ke
waktu semakin menurun disebabkan adanya inflasi. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Eldon S. Hendriksen (1991 : 75) bahwa :
“ Dalam banyak kasus, unit moneter merupakan unit
pengukuran yang paling baik, khususnya bila penggabungan diinginkan atau
diperlukan. Akan tetapi, unit moneter mempunyai keterbatasan sebagai metode
pengkomunikasian informasi. Batasan atau kendala yang paling serius disebabkan
oleh kenyataan bahwa nilaiu unit moneter tidak stabil dengan berjalannya
waktu.”
Kelemahan konsep ini
masih dapat diperbaiki dengan menetapkan kembali data akuntansi berdasarkan
pertukaran harga yang telah berlalu (past exchange prices) supaya dapat
diperbaiki dengan harga pertukaran sekarang/yang akan datang sehingga lebih
relevan dan dapat dipercayai untuk membuat prediksi dan keputusan yang lebih
tepat.
HISTORICAL COST
Dalam SAK (1999:16),
konsep ini diuraikan dalam “Pengukuran unsur Laporan Keuangan” dan dinyatakan sebagai berikut :
“ Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan
dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya
digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain”.
Pada saat inflasi,
laporan keuangan historis akan menunjukkan nilai-nilai yang tidak wajar pada
elemen-elemen tertentu dilaporan keuangan.
CONCERVATISM
Konsep ini sering
dinyatakan dengan “mengakui adanya biaya apabila ia diharapkan akan terjadi dan
mengakui pendapatan hanya apabila ia telah direalisasikan”. Konsep ini juga
mengandung pengertian bahwa biaya harus diakui sedini mungkin sedangkan pendapatan
harus diakui selambat mungkin. Diantara beberapa alternatif pengakuan laba dan
pendapatan, alternatif yang dipilih adalah alternatif yang mendekati riel.
Menurut Hartanto D
(1981:23), kelemahan konsep ini adalah bahwa holding gain yang timbul akibat
kenaikan harga assets sebelum dijual tidak diakui sehingga elemen tertentu
dalam neraca akan terlihat understated, sedangkan yang ditekankan sekarang
adalah bahwa suatu assets itu harus dinilai secara wajar.
untuk konsep ini
Hendriksen menyatakan:
“Sebaik-baiknya konservatif, ia merupakan metode yang
sangat buruk untuk memperlakukan adanya ketidakpastian dalam melakukan
penilaian dan dalam menetapkan besarnya income. sebaliknya, dalam keadaan
terburuk, konservatif mengakibatkan distorsi sepenuhnya dari data akutansi”.
Yang perlu
diperhatikan juga adalah bahwasanya konservatif bertentangan dengan tujuan
untuk meng-disclose semua informasi yang relevan dan juga betentangan dengan
asas konsistensi, karena ia tidak dapat menyeragamkan (uniform) standart dalam
pelaksanaannya.
MATCHING OF COST WITH REVENUES
Matching cost
again revenue ini merupakan suatu konsep dasar untuk menentukan laba. SAK (1999:15)
dalam konsep “Pengakuan Beban” menyatakan bahwa :
“Beban diakui dalam dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan
langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang
biasanya disebut pengaitan biaya dan pendapatan
(matching of costs
with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan
atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi
atau peristiwa lain yang sama.”
Biaya yang secara
langsung disini dimaksud dengan cost of sale yaitu biaya-biaya yang secara
langsung dapat diidentifikasikan dengan produk tersebut. Yang kita
permasalahkan disini adalah apakah Current Revenue telah di-match dengan
Current Cost. Karena penjualan terjadi sepanjang tahun maka dianggap sebagai
Current Sale Price. Namun bagaimana dengan Cost of Sale, apakah ia
menggambarkan Current Cost Price ?
Pada saat terjadi
gejolak perubahan harga (inflasi) konsep ini kelihatannya akan lebih wajar bila
metode penilaian persediaan dilakukan berdasarkan metode LIFO karena Cost Of
Sale-nya akan mendekati kewajaran. Sungguhpun demikian maka dampak yang akan terjadi
akan terlihat pada Neraca dimana persediaan akan terlihat understated.
RUANG
LINGKUP LAPORAN KEUANGAN
Adapun ruang lingkup daripada laporan
keuangan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam SAK (1999:2) yang
menyatakan :
“ ….Laporan Keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus
kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga
termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.
Misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
laporan perubahan harga.”
Informasi
tambahan yang dimaksud adalah informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai
neraca dan laporan laba rugi, mungkin juga mengenai pengungkapan tentang resiko
dan ketidakpastian yang mempengaruhi perusahaan. Salah satu informasi tambahan
yang dapat disediakan adalah informasi tentang perubahan harga seperti yang ditegaskan
dalam SAK (1999:4) tentang “Catatan dan Skedul Tambahan” yaitu :
“….Informasi segmen-segmen industri
dan geografi serta pengaruhnya pada perusahaan akibat perubahan harga dapat
juga disediakan dalam bentuk informasi tambahan.”
3. Akuntansi Dalam Masa Inflasi
Dewasa ini dikenal
dua konsep dasar yang mencoba untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh
akuntansi dalam masa inflasi. Yang pertama adalah Akuntansi Nilai Rupiah
Konstan (General Price Level Accounting/General Purchasing Power accounting),
yang kedua adalah Akuntansi Kas Sekarang (Current Cost Accounting/Current Value
Accounting):
Berikut akan
diberikan penjabaran secara terperinci mengenai Akuntansi Dalam Masa Inflasi.
AKUNTANSI NILAI RUPIAH KONSTAN
Yang dimaksud
dengan Akuntansi Nilai Rupiah Konstan adalah suatu metode yang menyajikan
elemen-elemen laporan keuangan dengan unit moneter yang daya belinya sama.
Dalam metode ini laporan keuangan tetap dibuat berdasarkan prinsip biaya
historis, tetapi diadakan perubahan dalam nilai rupiahnya.
Masalah
penyesuaian unit moneter ini timbul karena laporan keuangan yang menggunakan
biaya historis tidak dapat menyajikan informasi yang menunjukkan nilai riel
dari harta, hutang, modal, penghasilan, dan biaya-biaya. Hal ini terjadi karena
prinsip biaya historis didasarkan pada asumsi bahwa unit moneter adalah stabil,
sedangkan kenyataannya selalu ada penurunan daya beli uang.
Metode ini tidak
diasumsikan untuk mengganti prinsip biaya historis. Metode ini tujuannya untuk
menunjukkan akibat perubahan harga terhadap posisi hasil usaha perusahaan yang
ditunjukkan sebagai infornasi tambahan terhadap laporan keuangan yang disusun
berdasarkan biaya historis. Berikut ini disajikan kebaikan-kebaikan dan
kelemahan-kelemahan Akuntansi Nilai Rupiah Konstan.
Kebaikan-kebaikan
a) Metode ini menyajikan informasi
tentang akibat perubahan harga terhadap posisi dan hasil usaha perusahaan.
informasi seperti ini berguna bagi manajemen dalam melakukan penilaian terhadap
kemajuan usaha perusahaan karena unit moneter yang tercantum didalam laporan
keuangan merupakan unit moneter yang mempunyai daya beli yang sama.
b) Akuntansi Nilai Rupiah Konstan
meningkatkan daya banding (comparability) dari laporan keuangan antar
perusahaan. Metode ini dapat menghilangkan pengaruh perubahan harga terhadap
aktiva yang dibeli pada tanggal yang berbeda dan terhadap digunakannya metode
alokasi atas biaya-biaya (seperti: depresiasi).
c) Akuntansi Nilai Rupiah Konstan
meningkatkan daya banding laporan keuangan suatu perusahaan antara periode.
Penggunaan metode ini membuat unit moneter dalam laporan keuangan tahun lalu
sebanding dengan daya beli rupiah laporan keuangan tahun berjalan, sehingga
lebih dapat dibandingkan. Analisa-analisa trend dari laporan keuangan beberapa
periode lebih dapat dipercaya, karena daya beli rupiah yang sama untuk
tiap-tiap laporan keuangan itu.
d) Akuntansi Nilai Rupiah Konstan
yang dilaporkan sebagai informasi tambahan laporan keuangan biaya historis
dapat meniadakan pengaruh perubahan harga tanpa menyusun suatu struktur
akuntansi yang baik.
Kelemahan-kelemahan:
a) Penyajian berdasarkan biaya
historis memungkinkan informasikan keuangan untuk diperiksa sesuai dengan
dokumen asli transaksi (erifiable)
b) Tidak adanya ketentuan umum
sebagai dasar perhitungan indeks harga umum serta pemakaiannya menurut jenis
industri tertentu.
c) Karena sebagian besar harta dan
hutang mencerminkan nilai perolehan yang sesuai dengan tingkat harga sekarang
(current price level)
d) Penyajian laporan keuangan
berdasarkan biaya historis telah diterima oleh para pemakai laporan keuangan
sejak dahulu.
Untuk metode
Akuntansi rupiah Konstan dipergunakan metode pengukuran unit moneter yang
berdaya beli sama yaitu dipergunakan indeks harga untuk merubah harga perolehan
sekarang.
Di Indonesia angka
indek yang lebih tepat untuk dipergunakan sebagai dasar penyesuaian ini adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik.
Elemen-elemen
Moneter dan Non Moneter
Untuk keperluan
dalam penerapan Akuntansi Rupiah Konstan, aktiva dan kewajiban perlu dibedakan
menjadi elemen moneter dan non moneter. Hal ini perlu karena pada saat inflasi,
pemegang aktiva moneter akan kehilangan daya belinya dikarenakan pada waktu
tingkat harga umum meningkat, aktiva tersebut hanya dapat membeli barang atau
jasa yang lebih sedikit jumlahnya. Sebaliknya yang memiliki kewajiban moneter
akan mengakui adanya laba karena kewajiban ini akan dibayar dengan rupiah yang
mempunyai daya beli yang lebih kecil daripada waktu rupiah tersebut diterima
dimana hutang itu timbul.
Akibat moneter
adalah uang atau suatu klaim untuk menerima sejumlah uang yang jumlahnya tetap
tanpa dipengaruhi harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang.
Kewajiban moneter adalah suatu kewajiban untuk membayar sejumlah uang yang
jumlahlnya tetap tanpa dipengaruhi harga barang atau jasa tertentu dimasa yang
akan datang.
Semua aktiva
kewajiban yang tidak mempunyai sifat moneter adalah non moneter. Yang termasuk
dalam aktiva non moneter antara lain :
a) Barang-barang yang dimiliki
dengan tujuan untuk dijual kembali atau aktiva-aktiva yang dimiliki dimana
secara langsung digunakan untuk usaha perusahaan.
b) Klaim atas uang yang jumlahnya
tergantung pada harga barang dan jasa tertentu.
c) Hak-hak terakhir (residual right)
seperti goodwil atau bagian pemilik perusahaan.
Yang termasuk dalam kewajiban non
moneter antara lain :
a) Kewajiban untuk menyerahkan
barang atau jasa dalam kuantitas yang tetap dan tidak tergantung pada perubahan
harga-harga
b) Kewajiban untuk membayar uang
dalam jumlah yang tergantung pada harga barang atau jasa tertentu dimasa yang
akan datang.
Pemisahan
elemen-elemen moneter dan non moneter dilakukan dalam penerapan metode
Akuntansi Rupiah Konstan, karena elemen-elemen moneter itu sudah dicatat dengan
rupiah sekarang, sehingga tidak perlu dibuat penyesuaian. sedangkan
elemen-elemen non moneter masih menggunakan rupiah masa sebelumnya sehingga
perlu dilakukan penyesuaian menjadi rupiah sekarang.
Rugi/Laba Dari Daya Beli (Purchasing Power gain/Lose)
Elemen moneter
seperti kas, piutang disajikan pada neraca sebesar nilai nominalnya. Untuk
elemen moneter ini tidak diadakan penyesuaian lagi walaupun pemilikan elemen
moneter ini. Karena pada saat dimana terjadi inflasi, pemegang aktiva moneter
akan kehilangan daya belinya karena dapat membeli barang atau jasa yang lebih
sedikit jumlahnya.
Tidak demikian
halnya dengan pemegang kewajiban moneter akan memperoleh keuntungan kerena
membayar hutangnya dengan jumlah uang yang berdaya beli lebih kecil daripada
saat dimana ia menerima uang (hutang) tersebut.
Sehubungan dengan aktiva
dan kewajiban moneter, akan dijumpai apa yang dinamakan dengan Positive Net
Monetary Position adalah selisih antara monetry assets suatu perusahaan dengan
monetary liabilities dan equities-nya. Dalam suatu periode tertentu, laba atau
rugi dari pemegang monetary assets akan dihapus (offset) oleh rugi atau laba,
karena memegang monetary liabilities dan equities. Laba atau rugi bersih untuk
suatu periode, tergantung atas apakah posisi keuangan dalam net monetary adalah
positive atau negative. Perusahaan dikatakan berada dalam posisi positive net
monetary bila total monetary asset-nya melebihi total monetary liabilities dan
equities-nya. Sebaiknya bila total monetary asset-nya kurang dari total
monetary liabilities dan equitiesnya, maka perusahaan dikatakan berada pada
posisi negative net monetary.
Laba atau Rugi
sehubungan dengan net monetary possition perusahaan dapat digambarkan sebagai
berikut: (Smith-Skousen: 1991:551)
Rising Price Declining Price
Possitive Net
Monetary Position :
loss gain
Negative Net Monetary Position : gain loss
Kesimpulannya
adalah bahwa Akuntansi Rupiah Konstan hanya menggambarkan perubahan dalam
tingkat harga umum, sehingga, menyampingkan perubahan harga khusus.
Disamping itu
banyak para akuntan mempertanyakan apakah manfaat yang diperoleh lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan data-data rupiah konstan.
AKUNTANSI KOS
SEKARANG
Akuntansi Kos
Sekarang adalah suatu metode pengukuran dan pelaporan aktiva dan biaya yang
berhubungan dengan penggunaan atau penjualan aktiva dengan jumlah sebesar harga
pokoknya sekarang (current cost) atau yang lebih rendah dari jumlah yang akan
dapat diperoleh pada tanggal Neraca atau tanggal penggunaan atau penjualan.
Akuntansi Kos
Sekarang berusaha untuk mengukur beberapa besar jumlah yang akan diterima oleh
perusahaan, jika hartanya dijual. Dengan demikian sebenarnya metode ini menilai
aktiva perusahaan berdasarkan nilai likuidasi (liquidation value). Sedangkan
Going Concern mengasumsikan bahwa perusahaan akan melakukan kegiatan dan terus
beroperasi untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya. Oleh karenanya menurut
konsep Going Concern, aktiva harus dinyatakan pada nilai perusahaan (business
value) dan bukan pada nilai jual.
Berikut disajikan
kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan dari Akuntansi Kos Sekarang.
Kebaikan-kebaikan:
a) Menghasilkan informasi yang lebih
bermanfaat untuk mengukur efisiensi. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh
perubahan harga terhadap biaya-biaya dapat ditiadakan. Efisien setiap bagian
dapat diperbandingkan karena setiap bagian diukur dengan menggunakan harga
pokok yang sama walaupun pembelian aktiva terjadi dalamperiode yang berbeda.
b) Harga pokok sekarang berguna
sebagai jumlah yang diperkirakan dapat mendekati jumlah jasa potensial dari
aktiva.
c) Harga pokok sekarang berguna
untuk menunjukkan erosi dari modal secara fisik. Dengan digunakannya harga
pokok sekarang dapat dinilai apakah perusahaan masih dapat memelihara kemampuan
usahanya, yaitu kemampuan menyediakan barang atau jasa secara konstan. Konsep
ini menekankan bahwa distribusi income tanpa mengurangi kemampuan usaha
perusahaan.
d) Harga pokok sekarang berguna
untuk menaksirkan aliran kas dimasa yang akan datang, seperti dinyatakan dalam
statement of financial accounting concepts (SPAC) No.1 laporan keuangan harus
menyediakan informasi yang dapat membantu pemakai laporan keuangan dalam
memeperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari aliran kas dimana yang
akan datang.
Kelemahan-kelemahan:
a) Kehilangan faktor objektifitasnya,
karena current cost untuk suatu jenis barang tertentu yang khusus tidak
tersedia pada suatu reasonable cost sehingga tidak terlepas dari faktor
subjektifitas dalam menentukan indeks harga untuk jenis barang atau jasa yang
dimaksud.
b) Untuk nilai bagi perusahaan
(value to the firm). Dimana ada kemungkinan biaya reproduksi yang dibebankan
pada aktiva akan lebih rendah daripada nilai aktiva tersebut pada perubahan.
Yang dimaksud dengan nilai bagai perusahaan (value to the firm) adalah net realizable
value atau nilai tunai dari aktiva tersebut.
c) Menurut daya belinya (purchasing
power) dimana metode Replacement cost menilai barang-barang satu persatu dan
tidak dalam bentuk tingkat harga umum. Sehingga metode Replacement cost tidak
mengukur neraca dan hasil usaha dalam bentuk daya beli untuk seluruh barang.
Masalah utama yang
dihadapi dalam pelaksanaan Akuntansi Kos Sekarang adalah pengukuran dari nilai
sekarang (current value) itu sendiri. Menurut Martin A. Miller ada dua metode
yang paling sering digunakan dalam perhitungan yaitu : Sistem Nilai Masukan
(Entry Value System) dari Sistem Nilai Keluaran (Exit Value System).
Entry Value System
didasarkan atas dasar harga pokok penggantian (Replacement Cost) atau harga
pokok, untuk memproduksi (Reproduksi Cost). Yang dimaksud dengan Replacement
Cost adalah estimasi biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh aktiva baru
atau ekuivalennya pada harga sekarang (current prices) setelah disesuaikan
dengan depresiasi. Sedangkan Reproduction Cost dimaksud sebagai estimasi biaya
yang harus dikeluarkan untuk memproduksi aktiva baru atau ekuivalennya pada
harga sekarang setelah diasumsikan dengan depresiasinya.
Exit Value Sistem
biasanya didasarkan atas nilai bersih yang dapat direalisasi (Net Realizable
Value) dalam keadaan usaha yang biasa atau kadang-kadang berdasarkan atas
Discounted Cash Flow. Yang dimaksudkan dengan Net Realizable Value adalah
estimasi harga penjualan atas aktiva setelah didukungi biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menjual aktiva tersebut. Sedangkan Discounted Future Cash
Flow dimaksudkan sebagai nilai sekarang (present value) dari estimasi pemasukan
kas (Cash Inflow) atau cast saving yang dijual pada tingkat bunga yang sesuai.
Masalah adalah
dari keempat metode yang digunakan untuk mengukur nilai sekarang itu, yakni:
Replacement Cost Flow: metode mana yang dapat memberikan nilai yang paling
dapat dipercaya atau setidak-tidaknya memberikan gambaran yang lebih dapat
dipercaya.
Elemen-Elemen Moneter dan Non Moneter
Dalam current cost
accounting elemen-elemen di neraca perlu juga dibedakan dalam elemen moneter
dan non moneter.
Elemen non moneter
adalah semua elemen yang bukan merupakan elemen moneter. Seperti juga halnya
dengan elemen moneter, elemen non moneter juga dibagi kedalam aktiva dan kewajiban
non moneter. Untuk elemen non moneter umumnya ditetapkan kembali untuk
menghadapi perubahan harga sekarang (changes in current value).
Dalam menerapkan
metode ini kesimpulan atas aktiva moneter dan non moneter adalah sebgai
berikut:
Karena aktiva moneter
telah ditetapkan dalam jumlah uang yang tetap, mereka itu menggambarkan
sejumlah uang yang diharapkan untuk direalisasikan dalam waktu dekat, oleh
karenanya aktiva moneter secara efektif telah ditetapkan kembali untuk current
value financial statement (laporan keuangan dengan nilai sekarang). Namun
aktiva non moneter tidak ditetapkan dalam sejumlah uang yang tetap dan karena
itu menggambarkan Net Realizables Value mereka. Oleh karena itu, aktiva non
moneter harus ditetapkan kembali untuk disajikan pada Current Value.
Holding Gain Or
Losses
Holding gain dan
losser timbul dikarenakan adanya perbedaan antara perbedaan antara harga pokok
historis atau aktiva dengan harga pokoknya sekarang.
Holding gain
terdiri atas dua komponen yaitu :
a) Realized Holding Gains yang
dihasilkan dari penyelesaian (disposal) aktiva, apakah aktiva itu
dijual/digunakan dalam suatu periode akuntansi.
b) Unrealized Holding Gains yang
dihasilkan dari penambahan dalam nilai sekarang (current value) suatu aktiva
dalam suatu periode akuntansi dimana aktiva tersebut masih ditahan oleh
perusahaan.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pengungkapan Akuntansi Kos Sekarang adalah sebagai berikut : (Smith-Skousen:
1991:566)
a) Tetapkan
jumlah nilai berjalan persediaan, harta tak bergerak, pabrik, dan peralatan.
b) Terapkan
“tes jumlah yang dapat diganti kembali” ke jumlah nilai berjalan dan pilih yang
lebih rendah.
c) Berdasarkan
hasil langka b), hitunglah harga pokok penjualan, penyusutan dan amortisasi.
d) Tetapkan
perubahan dalam nilai berjalan persediaan dan harta tak bergerak, pabrik, dan
peralatan menurut jumlah nominal dan juga rupiah konstan.
Bila perusahaan
beranggapan bahwa perubahan nilai sekarang (current cost) atau persediaan,
harta tak gerak, pabrik, dan peralatan tidaklah besar dan tidak memberikan
pengaruh yang berarti atas laporan keuangan, maka pengungkapan atas current
cost ini tidak perlu dibuat, namun dalam catatan informasi tambahan perlu
disebutkan alasan yang mendukung.
G. Metode Penelitian
1. Bentuk
Penelitian
Bentuk penelitian
yang digunakan adalah Studi Kasus dengan mengambil objek penelitian pada PT.
KURNIA KAPUAS PLYWOOD, Pontianak.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Yaitu pengumpulan
data dengan mengadakan wawancara lansung kepada pimpinan dan karyawan perusahaan
untuk mendapatkan informasi dan data yang ada hubungannya dengan penulisan ini.
b. Observasi
Yaitu mengadakan
pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti yaitu pada PT. KURNIA KAPUAS
PLYWOOD.
c. Studi Dokumentasi
Yaitu dengan mendapatkan data
sekunder perusahaan berupa catatan-catatan dan data keuangan perusahaan yang
berguna bagi penyusunan tulisan ini.
d. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari
literatur-literatur yang mendukung dan berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
3. Teknik Analisis
Untuk menganalisa perbandingan
laporan keuangan historis dan laporan keuangan inflasi, digunakan perhitungan :
a.
Akuntansi Rupiah
konstan : Jumlah rupiah nominal ditetapkan kembali dengan unit daya beli
ekuivalen, yaitu rupiah konstan, biasanya untuk periode berjalan, yang diukur
dengan indeks harga konsumen yang dapat memberikan estimasi agar dapat diterima
atas perubahan dalam daya beli umum. Formula umum untuk penetapan kembali itu
adalah :
indeks harga
dikonversikan untuk
Jumlah rupiah
nominal
= jumlah rupiah
konstan
indeks harga
dikonversikan dari
b. Akuntansi Kos Sekarang : Mencoba untuk mengukur
nilai-nilai berjalan dari harta, hutang dan kekayaan baik dalam rupiah nominal
atau dalam rupiah konstan tetapi cenderung untuk menyajikan harga penukaran
berjalan dari barang-barang atau jasa, bukan nilai historis. Nilai berjalan
yang digunakan adalah harga masukan (entry value) yaitu nilai pengganti. Konsep
ini dapat diilustrasikan dengan diagram berikut : (Smith-Skousen;1991:560)
Nilai Ganti (Nilai
Berjalan) 60,-
18,4 Komponen nyata keuntungan
yang belum direalisasikan
Nilai Historis/ Rupiah Konstan 41,6
21,6 Komponen inflasi keuntungan
penguasaan yang belum
direalisasikan
Nilai Historis/ Rupiah Nominal 20,-
Rp 40,- Total keuntungan penguasaan
yang
belum direalisasikan
H.
SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi
empat bab
yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab
ini mengenai latar belakang permasalahan, permasalahan, pembatasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metpde penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab
ini akan menguraikan secara ringkas mengenai sejarah dan perkembangan perusahaan,
struktur organisasi dan laporan keuangan perusahaan serta penjelasan singkat
mengenai laporan keuangan.
BAB
III ANALISIS PERBANDINGAN
LAPORAN KEUANGAN HISTORIS DAN LAPORAN KEUANGAN INFLASI
Bab
ini penulis berusaha untuk menyajikan laporan atas dasar daya beli umum dan
nilai berjalan, disamping itu diberikan pula hasil perhitungan yang diperoleh.
BAB
IV KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam
bab ini, penulis akan membuat suatu kesimpulan dari uraian pada bab-bab
sebelumnya dan juga berusaha untuk mengemukakan saran-saran dan pendapat sesuai
dengan hasil analisa dan interpretasi yang dilakukan berdasarkan data
sebelumnya yang telah dikumpulkan.