بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ
ٱلرَّحِيمِ
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh,
Alhamdulillah,
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Saudariku, pertama-tama marilah
kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita
kesehatan, kesempatan dan keselamatan untuk berkumpul di tempat yang mubarakah
ini untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang manusia yaitu menuntut
ilmu.
Shalawat dan taslim tak lupa
kita kirimkan kepada junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW, yang telah
mengeluarkan kita dari zaman penindasan menuju zaman kemuliaan, dari zaman
jahiliyah menuju zaman kejayaan seperti sekarang ini.
Allah SWT berfirman dalam QS.
Al-Baqarah: 152
فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ
وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ ﴿١٥٢﴾
Yang Artinya:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
ingat (pula) kepadamu , dan bersyukurlah kamu kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat) –Ku”.
Saudariku,
Begitu banyak nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita. Sepanjang hari,
nikmat dan anugerah Allah kita peroleh. Tidak usah jauh-jauh, marilah kita
lihat diri kita sendiri secara fisik. Kita diberi indera yang lengkap
--penglihatan, pendengaran, pengecapan, pernapasan, dan seterusnya-- yang
memungkinkan kita mengecap segala bentuk nikmat duniawi yang enak-enak dan
indah yang telah Allah sebarkan dimuka bumi ini. Atau lihatlah sekeliling kita,
sinar mentari yang hangat, air dan udara yang segar, pepohonan tempat berteduh,
semua disediakan oleh Allah untuk kita, tanpa kita membayar.
Namun dengan sekian banyak nikmat yang Allah
berikan seringkali kita lupa dan menjadikan kita makhluk yang sedikit sekali
bersyukur, bahkan tidak bersyukur, Na'udzubillahi min dzalik…
Saudariku,
saat ini, saya akan mencoba untuk membahas sedikit tentang rasa syukur yang
telah saya bacakan ayat dan sedikit memberikan uraiannya tadi. Dan ceramah saya
ini berjudul “Bersyukurlah Wahai Saudariku!”.
Seringkali
kita baru menyadari suatu nikmat bila nikmat itu di ambil atau hilang dari siklus
hidup kita. Ketika sakit, baru kita ingat semasa sehat, bila kita kekurangan
baru kita ingat masa-masa hidup cukup.
Syukur
diartikan dengan memberikan pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan
sesuatu yang telah diberikan kepada kita, berupa perbuatan ma’ruf dalam
pengertian tunduk dan berserah diri pada-Nya.
Saudariku,
cobalah kita memikirkan setiap langkah yang kita lakukan. Bila makan tak
berlebihan dan bersisa. Bayangkan, di tempat lain begitu banyak orang yang
kesulitan dan bekerja keras demi untuk mencari sesuap nasi. Bahkan banyak
saudara-saudara kita yang kurang beruntung, mencari makan dari tong-tong
sampah. Lantas sedemikian teganyakah kita menyia-nyiakan rezeki makanan yang
didapat dengan berbuat mubazir. Na'udzubillahi Min Dzalik….
Dalam
tataran paling mendasar, rasa syukur bisa diwujudkan dengan cara menjaga nikmat
Allah agar tidak digunakan di jalan maksiat. Kita biasa mengucap hamdalah atau
mungkin memperbanyak ibadah mahdhah dan ibadah-ibadah sunat lainnya, sebagai
ungkapan rasa syukur kita kepada-Nya karena telah memberi kita nikmat yang tak
terkira.
Itulah
sebab Rasulullah SAW menganjurkan agar kita beribadah sebanyak mungkin, sebagai
ungkapan syukur kita kepada-Nya, atas perbagai nikmat pemberian-Nya. Ibadah
kita kepada-Nya semata-mata berpangkal dari kesadaran kita sendiri, yakni
kesadaran tentang keharusan untuk bersyukur kepada-Nya karena telah memberi
kita begitu banyak nikmat.
Rasulullah
SAW pernah ditanya sahabatnya, mengapa beliau shalat sunat di malam hari
(qiyamullail) sampai kakinya bengkak-bengkak. Bukankah beliau sudah diampuni
segala dosanya yang akan datang, bukankah beliau sudah dijamin masuk surga?
Jadi, buat apa beliau susah-susah memperbanyak ibadah?
Beliau
menjawab, ''Tidak bolehkah aku bersyukur?'' Jawaban beliau ini untuk
menjelaskan bahwa tujuan ibadah bukan semata-mata untuk mengharap surga-Nya,
atau agar terhindar dari neraka-Nya. Namun, lebih dari itu, ibadah adalah
ekspresi rasa syukur kita kepada Allah atas semua nikmat pemberian-Nya.
Allah SWT dalam QS. Ibrahim: 7,
berfirman:
لَئِن
شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ ﴿٧﴾
Yang Artinya:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Allah
SWT sendiri tidak suka kepada manusia-manusia yang enggan bersyukur. Dalam
sebuah hadis qudsi, Dia berkata, ''Siapa yang tidak mau bersyukur atas nikmat
pemberian-Ku, dan tidak mau bersabar atas cobaan-Ku, maka silakan saja ia
keluar dari kolong langit-Ku dan silakan ia cari tuhan selain Aku!''
Alhamdalah
kita, amal-amal mahdhah, dan amalan sunat kita yang lain, itu semua tidak akan
ada artinya sama sekali jika, di sisi lain dan bersamaan dengan itu, kita masih
saja melakukan maksiat kepada Allah dengan menggunakan fasilitas nikmat
pemberian-Nya.
Misalnya
saja kita sering shalat dan puasa sunat, katakanlah itu kita lakukan sebagai
ungkapan syukur, tetapi kita juga tidak bisa meninggalkan ucapan kotor,
menggunjing saudara, dan sebagainya, ya apa gunanya. Karena itu, tentu saja,
yang paling baik adalah bila kita rajin shalat dan puasa dan pada waktu
bersamaan kita bisa menjaga mulut dan perilaku dari hal-hal yang tidak baik.
Kita
harus berusaha mengaktualisasikan rasa syukur kita dari hal-hal yang sederhana.
Setiap aktifitas sekecil apapun usahakan untuk selalu sesuai aturan-Nya, selaku
pencipta kita.
Untuk
itu, tidak ada salahya bila kita mulai dari diri dan keluarga, belajar
bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Agar nikmat itu jangan sampai menjadi
naqmah (balasan siksa), karena kufur akan nikmat-Nya. Mulailah untuk sering
melihat kondisi orang-orang yang berada di bawah kita. Seperti dalam hadits
Rasulullah Saw, ”Perhatikanlah orang yang berada di bawah tingkatanmu (dalam
urusan duniawi), dan jangalah kamu memandang kepada orang yang berada di
atasmu. Itu lebih layak bagimu supaya kamu tidak menghina pemberian Allah
kepadamu.” (HR.Muslim). Jika sudah, tentulah kita akan lebih banyak mengatakan
“Alhamdulillah”.
Mungkin
cukup sekian pembahasan yang dapat saya sampaikan. Apabila ada kata-kata yang
kurang berkenan mohon dimaafkan. Semoga apa yang telah saya uraikan yang
baiknya tadi dapat di aplikasikan ke kehidupan kita masing-masing utamanya diri
saya pribadi. Lebihnya tentu datangnya dari Allah AWT semata, dan Kurangnya
adalah kekurangan saya sebagai makhluk yang selalu ingin belajar.
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah
Tsummas Salamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar